Sabtu, 19 Januari 2013

HAKIKAT SUMBER DAYA MANUSIA


1.1              Pentingnya Hubungan Kemanusiaan
Jika kebutuhan manusia bertemu dengan kebutuhan organisasi, sering kali terjadi perselisihan (konflik). Untuk memeriksa hakikat sumber daya manusia, integrasi atau pemanduan antara sumber daya ini (sebagai perorangan atau kelompok) dengan organisasi, dan usaha untuk mengatasi perselisihan yang tidak terelakan, hubungan ini sering disebut hubungan kemanusiaan, tujuannya adalah menghasilkan integrasi yang cukup kokoh yang mendorong kerjasama yang produktif dan kreatif untuk mencapai sasaran bersama. Karenanya manajer akan memerlukan pengetahuan dan keterampilan dalam disiplin-disiplin pokok seperti psikologi, sosiologi, antropologi, dan etologi dalam mencoba memahami dan mengatasi masalah-masalah dalam hubungan kemanusiaan.
Program sumber daya yang baik cenderung mengurangi kecelakaan, kemangkiran, pergantian tenaga, dan kesalahan-kesalahan operasi, sekaligus meningkatkan moral, mutu,  dan produktivitas. Paling tida program semacam itu harus menghindarkan prilaku yang tidak diinginkan seperti sabotase, pemandekan kerja (slowdown), ketidak patuhan, pemogokan, dan penggunaan obat-obat terlarang dan alkohol di tempat kerja.
Empat kekuatan utama yang menimbulkan perhatian manajer yang sangat besar terhadap kegiatan-kegiatan hubungan manusia, yaitu:
1.    Kemungkinan untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas.
2.    Campur tangan pemerintah.
3.    Campur tangan serikat buruh
4.    Kode etik perorangan

1.2              Hakikat Kebutuhan Manusia
Pengamatan perilaku seseorang, pemahamannya, dan usaha untuk mempengaruhinya untuk suatu tujuan tertentu merupakan tiga hal yang berbeda, tiga masalah yang berlainan. Untuk mengerti dan mempengaruhi perilaku manusia kita perlu mengtahui kebutuhan-kebutuhannya. Kepribadian manusia terdiri dari banyak unsur yang berhubungan sehingga menghasilkan suatu tingkat keseimbangan tertentu yang nyata.
Kebutuhan manusia diklasifikasikan menjadi tiga kategori: fisiologis, social dan egoistik. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis , serimg disebut kebutuhan primer, adalah kebutuhan-kebutuhan yang timbul dari daya upaya untuk mempertahankan hidup seperti makanan, air, udara, istirahat, seks, tempat berteduh. Keterjaminan adalah suatu kebutuhan penting yang mempunyai prioritas tinggi bagi sebagian besar orang.  Dua jenis kebutuhan yang berikutnya sering disebut sekunder karena kebutuhan itu lebih smar-smar dan tak teraba. Dalam kategori social terdapat kebutuhan-kebutuhan (1) hubungan fisik dan pergaulan (asosiasi), (2) cinta dan kasih saying, dan (3) rasa diterima. Kebutuhan akan sikap masyarakat yang menerima dan menyetujui keperibadian seseorang juga tercermin dalam faktor-faktor gaya, mode, tradisi, adat istiadat, dan kode etik, hal tersebut merupakan kebutuhan yang kuat yang menjadi salah satu sendi dari setiap masyarakat yang terorganisasi.
Kebutuhan egoistik barasal dari kebutuhan untuk memandang ego atau diri sendiri dalam suatu cara tertentu. Di antara kebutuhan-kebutuhan egoistik yang dapat ditemukan adalah sebagai berikut:
1.    Penghargaan
2.    Kekuasaan
3.    Kebebasan
4.    Prestasi
Banyak ahli psikologi berpendapat bahwa kebutuhan manusia yang paling tinggi adalah kebutuhan untuk berprestasi atau perwujudan diri (self-actualization). Hal itu meliputi tidak hanya kemampuan untuk berprestasi saja, tetapi juga kebutuhan untuk mencapai sesuatu yang nyata dalam hidup. Pekerjaan atau tugas merupakan sumber kepuasan utama untuk kebutuhan ini.
Sasaran dari tindak keprilakuan adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini. Jika seseorang memuaskan kebutuhan-kebutuhannya dengan cara yang dapat diterima dengan baik oleh dirinya sendiri maupun oleh masyarakat, orang itu disebut dapat menyesuaikan diri (adjusted). Jika, sebaliknya orang itu tidak mampu memenuhi suatu kebutuhan tertentu, atau mampu memenuhinya dengan cara yang tidak dapat diterima oleh masyarakat, dia disebut tidak dapat menyesuaikan diri. Dengan demikian, prilaku adalah suatu proses penyesuaian diri dengan kebutuhan-kebutuhan kemanusiaan tertentu. Tujuan dari proses penyesuaian diri ini adalah kepuasan. Contoh-contoh yang khas dari perilaku yang menunjukan ketidak mampuan menyesuaikan diri adalah seringnya pindah kerja, menyendiri, melamun, cemburu, pamer, keluhan yang berlebihan, membual, dan berbohong.
Beberapa kebutuhan tidak dapat dipenuhi dengan cara apa pun oleh seseorang, ketegangan-ketegangan tidak berkurang, dan hasilnya disebut frustasi. Frustasi seringkali dikenali dari jenis-jenis perilaku seperti agresi, regresi, fiksasi dan pengunduran diri. Agresi biasanya terjadi jika orang itu sedang mencoba untuk menyelesaikan sesuatu yang tidak bisa diselesaikanya. Regresi adalah suatu jenis prilaku yang terlihat jika orang itu kembali kepada tindakan-tindakan yang tidak dewasa (kekanak-kanakan) seperti mengeluh dan merengek-rengek agar mendapat bantuan untuk mengurangi frustasi, tetapi perilaku semacam itu bisa merugikan teman. Fikasi adalah suatu usaha untuk memenuhi suatu kebutuhan dengan cara yang telah terbukti tidak bermanfaat. Pengunduran diri merupakan salah satu tahap akhir frustasi yang dalam suatu khusus yang ekstrim berbatasan dengan sakit mental yang serius.

1.3              Kebutuhan untuk Mengerti Mengapa
Satu generalisasi yang paling berguna adalah dengan mengakui bahwa semua perilaku mempunyai dasar. Walaupun suatu tindakan tertentu mungkin tampak tidak waras bagi manajer, dia harus mencari logika dibelakangnya. Untui itu, manajer bertindak sebagai seorang ilmuwan yang naïf dalam menarik kesimpulan tentang perilaku orang-orang lain.
Para menajer biasanya menghubungkan perilaku dengan dua sumber pokok, yaitu keperibadian dasar dari bawahan dan ciri-ciri (karakteristik) dari keadaan (situasi). Penelitian membenarkan tesis bahwa sebagian besar manajer cenderung lebih mengakui pengaruh kepribadian dan meremehkan pengaruh keadaan.
Tabel 1.1 Kepribadian Dasar dari Bawahan
No.
Ciri- Ciri Kepribadian
Stabil
Tidak Stabil
1.
Kemampuan
Usaha
2.
Watak (Tempramen)
Suasana Hati

Tabel 1.2 Cri-ciri (karakteristik) dari keadaan (situasi)
No.
Ciri- Ciri Keadaan (Situasi)
Stabil
Tidak Stabil
1.
Kesulitan Tugas
Nasib Baik
2.
Teknologi
Persaingan

Pada umumnya, dinyatakan bahwa manusia terlalu sering dilihat sebagai sebab-sebab pokok, sedangkan situasi dianggap mempunyai pengaruh yang terlalu kecil terhadap prilaku. Dari pada terus-menerus mencari penjahat dalam suatu masalah, harus diperhatikan kemungjinan bahwa penjahat itu pada kenyataanya adalah korban dari situasi.

1.4              Model-Model Manusia yang Dikemukakan oleh Para Ahli Psikologi Organisasi
Dalam survey atas perusahaan-perusahaan bisnis, seorang peneliti menemukan bahwa enam ahli psikologi sangat dikenal oleh banyak niagawan (businessmen): Abraham Maslow, Douglas McGregor, Chris Argyris, Frederick Herzberg, Rensis Likert, dan Robert Blake. Empat yang pertama telah mengusulkan konsep-konsep dasar tentang hakikat manusia, yang masing-masing diuraikan secara singkat dalam tabel 1.3. akan dicatat dalam pembahasan lebih lanjut bahwa walaupun secara rinci berbeda, namun banyak persamaan di antara manusia yang mewujudkan diri (self actualized) dari Maslow, pribadi teori Y dari McGregor, mahluk yang menantang dari Agryris, dan pribadi yang termotivasi dari Herzberg. Dua ahli psikologi yang terakhir, Likert dan Blake, telah mengembangkan gaya-gaya kepemimpinan khusus (spesifik), yakni Sistem IV dan manajemen 9.9, yang dapat digunakan jika orang ingin untuk menjalankan manajemen berdasarkan model-model manusia yang diusulkan oleh keempat ahli yang pertama itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar