2.1.1 Pengertian Critical Path
Method (CPM) dan Program
Evaluation Review Technique (PERT)
CPM (Critical Path Method) dan PERT (Program
Evaluation and Review Technique) merupakan alat analisis proyek yang sudah
banyak dikenal di bidang manajemen. Proyek terdiri atas serangkaian kegiatan
dan beberapa diantara kegiatan tersebut saling terkait. Suatu kegiatan hanya
dapat dilakukan setelah kegiatan sebelumnya selesai dilakukan. Serangkaian
kegiatan tersebut dapat digambarkan dalam sebuah diagram. Didalam CPM dan PERT
terdapat beberapa fungsi untuk melakukan analisis, di antaranya adalah (Wahyu
Winarno, 2008).
Menganalisis jalur kritis (bisa lebih dari satu).
Menganalisis kegiatan yang saling mengganggu
bertabrakan.
Menganalisis biaya.
Menampilkan diagram gantt.
CPM dan PERT memiliki
asumsi-asumsi yang sama. Berikut ini adalah beberapa asumsi-asumsi yang ada di
CPM dan PERT.
Proyek terdiri atas aktivitas-aktivitas yang
terdefinisi dengan jelas.
Setiap aktivitas bisa dimulai dan diakhiri tanpa
tercampur dengan aktivitas lain.
Setiap aktivitas terkait dengan urutan-urutan
pelaksanaan satu sama lain.
2.1.2 Definisi Critical Path
Method (CPM) dan Program
Evaluation Review Technique (PERT)
CPM adalah suatu teknik
analisis untuk perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian proyek dengan metode
jalur keritis dengan taksiran tunggal untuk lama satu aktivitas. Arah
perhitungan CPM ialah perhitungan maju dan perhitungan mundur.
PERT adalah suatu teknik
analisis untuk mengasumsikan ketidakpastian lama waktu aktivitas yang
digambarkan dengan probabilitas tertentu dan memerlukan tiga waktu taksiran
untuk satu aktivitas. PERT juga memperkenalkan parameter lain yang mencoba
mengukur ketidakpastian tersebut secara kuantitatif seperti standar deviasi dan
varians (Imam, 1999).
Penerapan metode PERT
bukan hanya pada proyek-proyek besar dengan waktu pengerjaan yang lama dan
dengan ribuan pekerja, tetapi dapat berfungsi untuk memperbaiki efisiensi
pengerjaan proyek bersekala kecil dan menengah. Seperti, perakitan mobil atau
sepeda motor, pembangunan rumah tinggal, jembatan, jasa konstruksi lainnya,
serta proyek-proyek lainnya. Secara umum PERT membantu dalam hal-hal sebagai
berikut (Purnomo, 2004):
Perencanaan suatu proyek yang kompleks.
Penjadwalan-penjadwalan pekerjaan dalam urutan
yang praktis dan efisien.
Mengadakan pembagian kerja dari tetangga kerja dan
sumber dana yang tersedia.
Menentukan antara waktu dan biaya.
Mengadakan analisis
jaringan untuk suatu proyek diperlukan tiga tipe data pokok, yaitu taksiran
mengenai waktu yang diperlukan untuk setiap pekerjaan kegiatan. Menganalisis
waktu yang diperlukan untuk suatu pekerjaan, dugunakan estimasi waktu
penyelesaian suatu kegiatan (Purnomo, 2004).
Waktu optimistik (a) adalah waktu kegiatan bila
semuanya berjalan baik tanpa adanya hambatan-hambatan atau penundaan. Hanya ada
probabilitas yang sangat kecil (1 dalam 100) untuk mencapai waktu yang
optimistik (waktu yang paling cepat).
Waktu pesimistik (b) adalah waktu kegiatan bila
terjadi hambatan atau penundaan lebih dari semestinnya. Probabilitas yang ada
dalam hal ini sangat kecil (1 dalam 100) untuk mencapai waktu yang pali pesimis
(waktu paling lama).
Waktu realistik (m) adalah waktu yang terjadi bila
suatu kegiatan dilaksanakan dalam kondisi normal, dengan penundaan yang bisa
diterima. Hanya ada satu waktu yang mungkin bisa bergerak antara kedua waktu ekstrim
tersebut.
Pembentukan jaringan CPM dan PERT terdapat simbol-simbol yang menghubungkan
suatu kejadian, pekerjaan, dan aktivitas semua. Berikut ini adalah
simbol-simbol yang digunakan untuk pembentukan CPM dan PERT (Nasrullah, 1997)
CPM dan PERT mempunyai langkah-langkah perhitungan masing-masing. Berikut
ini adalah langkah-langkah perhitungan CPM dan PERT:
Langkah perhitungan untuk PERT
Menggunakan diagram pendahulu
Menentukan lintasan kritis
Langkah perhitungan untuk CPM
Menentukan lintasan kritis percepatan
Menentukan biaya percepatan
2.1.3 Perbedaan Critical Path
Method (CPM) dan Program
Evaluation Review Technique (PERT)
CPM dan PERT sama-sama digunakan dalam perancangan
dan pengendalian proyek. Keduanya mendeskripsikan aktivitas-aktivitas proyek
dalam jaringan kerja dan dari jaringan kerja tersebut, mampu melakukan berbagai
analisis untuk pengambilan keputusan tentang waktu, biaya, serta penggunaan
sumber daya. Pada prinsipnya yang menyangkut perbedaan PERT dan CPM
adalah sebagai berikut :
1. PERT digunakan pada perencanaan
dan pengendalian proyek yang belum pernah dikerjakan, sedangkan CPM digunakan
untuk menjadwalkan dan mengendalikan aktivitas yang sudah pernah dikerjakan
sehingga data, waktu dan biaya setiap unsur kegiatan telah diketahui oleh
evaluator.
2. Pada PERT digunakan tiga jenis
waktu pengerjaan yaitu yang tercepat, terlama serta terlayak, sedangkan pada
CPM hanya memiliki satu jenis informasi waktu pengerjaan yaitu waktu yang
paling tepat dan layak untuk menyelesaikan suatu proyek.
3. Pada PERT yang ditekankan tepat
waktu, sebab dengan penyingkatan waktu maka biaya proyek turut mengecil,
sedangkan pada CPM menekankan tepat biaya.
4. Dalam PERT anak
panah menunjukkan tata urutan (hubungan presidentil), sedangkan pada CPM tanda
panah adalah kegiatan.
Pada prinsipnya yang
menyangkut perbedaan PERT dan CPM adalah sebagai berikut:
1. PERT digunakan pada
perencanaan dan pengendalian proyek yang belum pernah dikerjakan, sedangkan CPM
digunakan untuk menjadwalkan dan mengendalikan aktivitas yang sudah pernah
dikerjakan sehingga data, waktu dan biaya setiap unsur kegiatan telah diketahui
oleh evaluator.
2. Pada PERT digunakan
tiga jenis waktu pengerjaan yaitu yang tercepat,. terlama serta terlayak,
sedangkan pada CPM hanya memiliki satu jenis informasi waktu pengerjaan yaitu
waktu yang paling tepat dan layak untuk menyelesaikan suatu proyek.
3. Pada PERT yang
ditekankan tepat waktu, sebab dengan penyingkatan waktu maka biaya proyek turut
mengecil, sedangkan pada CPM menekankan tepat biaya.
4. Dalam PERT anak
panah menunjukkan tata urutan (hubungan presidentil), sedangkan pada CPM tanda
panah adalah kegiatan.
Persyaratan Urutan Pekerjaan
Pertimbangan suatu pekerjaan
dilakukan pengurutan adalah karena berbagai kegiatan tidak dapat dimulai
sebelum kegiatan-kegiatan lain diselesaikan, dan mungkin ada kegiatan lainnya
yang dapat dilaksanakan secara bersamaan dan atau tidak saling bergantung.
Konsep waktu dalam jaringan kerja dapat didefinisikan sebagai berikut.
ES (Earliest Start Time) adalah waktu paling
awal (tercepat) suatu kegiatan dapat dimulai dengan memperhatikan waktu
kegiatan yang diharapkan dan persyaratan urutan pengerjaan.
LS (Latest Start Time) adalah waktu yang
paling lambat untuk dapat memenuhi suatu kegiatan tanpa penundaan keseluruhan
proyek.
EF (Earliest Finish Time) adalah waktu
paling awal suatu kegiatan dapat diselesaikan, atau sama dengan ES+waktu
kegiatan yang diharapkan.
LF (Latest Finish Time) adalah waktu paling
lambat untuk dapat menyelesaikan suatu kegiatan tanpa menunda dan penyelesaian
proyek secara keseluruhan, atau sama dengan LS+waktu kegiatan yang diharapkan.
Diagram jaringan kerja node (lingkaran) yang merupakan lambang dari suatu
event dibagi atas tiga bagian dengan fungsi masing-masing.
Jalur kritis adalah jalur dalam jaringan kerja yang memiliki rangkaian
komponen-komponen kegiatan, dengan total waktu terlama dan menunjukan waktu
penyelesaian proyek yang tercepat. Jalur kritis mempunyai arti penting dalam suatu
proyek, karena kegiatan-kegiatan yang melewati jalur kritis diusahakan tidak
mengalami kelambatan penyelesaian. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam jalur
kritis mengalami keterlambatan proyek secara keseluruhan (Purnomo, 2004).
Jalur kritis mempunyai
tiga ciri-ciri khusus, ketiga ciri-ciri tersebut bisa dijadikan acuan untuk
mengetahui jaringan kerja. Berikut ini adalah ciri-ciri dari jalus keritis.
Jalur yang memakan waktu terpanjang dalam suatu
proses
Jalur dengan tegangan waktu antara selesainya suatu
tahap kegiatan dengan mulainya suatu tahap kegiatan berikutnya.
Tidak adanya tegangan waktu tersebut yang merupakan sifat kritis
dari jalur kritis.
Dummy adalah aktivitas yang tidak mempunyai waktu pelaksanaan dan
hanya diperlukan untuk menunjukan kegiatan dengan aktivitas pendahulu. Dummy diperlukan untuk menggambarkan
adannya hubungan diantara kegiatan. Mengingan dummy merupakan kegiatan semu maka lama kegiatan dummy adalah nol. Dummy terdiri dari dua macam yaitu (http://ainul.gunadarma.ac.id):
Gramatica Dummy
Gramatica dummy
diperlukan untuk menghindari kekacauan penyebutan suatu kegiatan apabila
terdapat dua atau lebih kegiatan yang berasal dari peristiwa yang sama
(misalnya i) dan berakhir pada suatu peristiwa yang sama pula (misalnya j). Gramatical dummy akan memudahkan komputer untuk membedakan kegiatan satu
dengan yang lain.
Logical Dummy
Logical dummy digunakan untuk
memperjelaskan hubungan antara kegiatan.
2.2 Linear
Programming
Linear programming merupakan salah satu modul dari praktikum
komputer industri 1. Penjelasan lebih lengkap dari metode adalah sebagai
berikut.
2.2.1 Pengertian Pemrograman
Linier (Linier Programming)
Pemrograman Linier disingkat PL
merupakan metode matematik dalam mengalokasikan
sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan
keuntungan dan meminimumkan biaya.
PL berkaitan dengan penjelasan suatu kasus dalam dunia nyata sebagai suatu
model matematik yang terdiri dari sebuah fungsi tujuan linier dengan beberapa
kendala linier (Siringoringo,2005).
Linier Programming adalah suatu teknis matematika yang dirancang unutk
membantu manajer dalam merencanakan dan membuat keputusan dalam mengalokasikan
sumber daya yang terbatas untuk mencapai tujuan perusahaan (http://directory.umm.ac.id/Data
Elmu/pdf/bab1-C.pdf).
Linier programming pada umumnya adalah memaksimalisasi keuntungan, namun
karena terbatasnya sumber daya, maka dapat juga meminimalkan biaya.
Linier programming memiliki empat ciri khusus yang melekat, yaitu :
Penyelesaian masalah mengarah pada pencapaian
tujuan maksimisasi atau minimisasi
Kendala yang ada membatasi tingkat pencapaian
tujuan
Ada bebrapa alternatif penyelesaian
Hubungan matematis bersifat linier
Secara teknis, ada
lima syarat tambahan dari permasalahan linear programming yang harus
diperhatikan yang merupakan asumsi dasar, yaitu:
Certainty (kepastian). Maksudnya adalah
fungsi tujuan dan fungsi kendala sudah diketahui
dengan pasti dan tidak berubah selama periode analisa.
2. Proportionality
(proporsionalitas). Yaitu adanya proporsionalitas dalam fungsi tujuan dan
fungsi kendala.
3. Additivity (penambahan). Artinya
aktivitas total sama dengan penjumlahan aktivitas individu.
4. Divisibility (bisa dibagi-bagi).
Maksudnya solusi tidak harus merupakan bilangan integer (bilangan bulat),
tetapi bisa juga berupa pecahan.
5. Non-negative variable (variabel
tidak negatif). Artinya bahwa semua nilai jawaban atau variabel tidak negatif.
2.2.2 Pengertian Metode Grafik
Metode grafik adalah salah
satu metode pengoptimalan yang dapat digunakan untuk dua variabel keputusan.
Fungsi tujuan dan kendala pemasalahan digambarkan menggunakan bantuan sumbu
absis (horizontal) dan ordinat (vertikal) grafik (Siringoringo, 2005).
Daerah penyelesaian unutk masing-masing garis (fungsi
kendala) digambarkan dengan mengarsir serta bentuk fungsi kendala awal, yaitu :
Fungsi kendala dengan pertidaksamaan ≤ diarsir ke
arah bawah dan kiri.
Fungsi kendala dengan pertidaksamaan ≥ diarsir ke
arah atas dan kanan.
Daerah penyelesaian untuk fungsi kendala dengan
persamaan hanyalah disepanjang garis yang terbentuk.
Batasan nonnegatif
(x1 ≥ 0 dan x2
≥ 0) menunjukkan bahwa daerah penyelesaian berada pada kuadrat I.
Daerah penyelesaian adalah daerah perpotongan yang
diarsir.
Titik-titik perpotongan pada daerah penyelesaian
merupakan titik-titik ekstrim, yang merupakan kandidat solusi optimal
(Siringoringo, 2005).
2.2.3 Pengertian Metode Simplek
Metode Simpleks adalah
salah satu teknikpenentuan solusi optimal yang digunakan dalam pemrograman
linier adalah metode simpleks. Penentuan solusi optimal menggunakan simpleks
didasarkan pada teknik eleminasi Gauus Jordan. (Siringoringo, 2005).
Ada beberapa istilah yang
sangat sering digunakan dalam metode simpleks, diantaranya adalah :
Iterasi adalah tahapan perhitungan dimana nilai
dalam perhitungan itu tergantung dari nilai tabel sebelumnya.
Variabel non basis adalah varia bel yang nilainya
diatur menjadi nol pada sembarang iterasi. Dalam termologi umum, jumlah
variabel non basis selalu sama dengan derajat bebas dalam sistem persamaan.
Variabel basis merupakan yang nilainya bukan nol
pada sembarang iterasi. Variabel basis merupakan variabel slack (jika fungsi
kendala mengguanakan pertidaksamaan ≤) atau variabel buatan (jiak fungsi
kendala menggunakan pertidaksamaan ≥ atau =).
Solusi atau nilai kanan merupakan nilai sumber
daya pembatas yang masih tersedia. Nilai kanan atau solusi sama dengan sumber
daya pembatas awal yang ada.
Variabel slack adalah variabel yang ditambahkan ke
model matematik kendala untuk mengkonversikan pertidaksamaan ≤ menjadi
persamaan (=). Variabel slack akan berfungsi sebagai variabel basis.
Variabel surplus adalah variabel yang dikurangkan
dari model matematik kendala untuk mengkonversikan pertidaksamaan ≥ menjadi
persamaan (=). Variabel surplus tidak dapat berfungsi sebagai variabel basis.
Variabel buatan adalah variabel yang yang
ditambahkan ke model matematik kendala dengan bentuk ≥ atau = untuk difungsikan
sebagai basis awal.
Kolom pivot (kolom kerja) yaitu kolom yang memuat
variabel masuk.
Baris pivot (baris kerja) adalah salah satu baris
dari antara variabel basis yang memuat variabel keluar.
Elemen pivot (elemen kerja) adalah elemen yang
terletak pada perpotongan kolom dan baris pivot.
Variabel masuk adalah variabel yang terpilih untuk
menjadi variabel basis pada iterasi.
Variabel keluar adalah variabel yang keluar dari
variabel basis pada iterasi.
2.3 Line Balancing
Metode line
balancing merupakan salah satu modul dari praktikum komputer industri 1.
Penjelasan lebih lengkap dari metode adalah sebagai berikut.
2.3.1 Keseimbangan Lintasan (Line Balancing)
Definisi Lean manufacturing atau lean production atau
lebih dikenal juga sebgai lean, merupakan metode optimal untuk memproduksi
barang melalui peniadaan waste
(pemborosan) dan penerapan flow
(aliran), sebagai ganti batch dan antrian. Lean manufacturing adalah filosofi
manajemen proses
(http://digilib.petra.ac.id/viewer/Fjiunkpe-ns-s1-2008-25404105-10406-job_shop-chapter2.pdf)
Penyeimbangan lintasan perakitan
merupakan berhubungan erat dengan produksi missal, sejumlah pekerjaan perakitan
dikelompokkan kedalam beberapa pusat pekerjaan sebagai stasiun kerja. Tujuan
akhir penyeimbangan lintasan adalah memaksimasi kecepatan di tiap stasiun kerja
sehingga dicapai efesiensi kerja yang tinggi di tiap stasiun kerja (Hendra
Kusuma, 1999).
Keseimbangan lintasan merupakan peranan
perencanaan produksi sangat penting, terutama dalam penugasan kerja pada lintas
perakitan (assembly line). Lini perakitan dapat didefinisikan sebagai
sekelompok orang dan/atau mesin yang melakukan tugas-tugas sekuensial dalam
merakit suatu produk (Hari purnomo,2004).
Karakteristik dari lean meliputi
struktur lantai produksi yang aktif melakukan pemecahan masalah dengan
penerapan kaizen dan countinuonus improvement, serta
pemecahan lean manufacturingmelalui tingkat inventory yang rendah, manajemen
kualitas yang mengutamakan tindakan preventive (pencegahan) dibandingkan
corrective (perbaikkan),penggunaan pekerja yang sedikit, ukuran lot yang kecil
serta penerapan konsep Just-in-Time (JIT)
(http://digilib.petra.ac.id/viewer/Fjiunkpe-ns-s1-2008-25404105-10406-job_shop-chapter2.pdf).
Lini perakitan merupakan lini
produksi dimana material bergerak secara kontinyu dengan rata-rata laju
kedatangan material berdistribusi uniform melewati stasiun kerja yang
mengerjakan perakitan (Hari purnomo,2004).
Pada lini perakitan, secara garis
besar ada dua tujuan yang harus dicapai, yaitu:
Menyeimbangkan stasiun kerja,
Menjaga lini perakitan beroperasi secara kontinyu.
Upaya yang dilakukan
untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan menyeimbangkan lintasan (line
balancing). Keseimbangan lintasan adalah upaya untuk meminimumkan
ketidakseimbangan diantara mesin-mesin atau personil untuk mendapatkan waktu
yang sama setiap stasiun kerja sesuai dengan kecepatan produksi yang diinginkan
(Hari purnomo,2004).
Termonologi Lintasan
secara teknis
keseimbangan lintasan dilakukan dengan jalan mendistribusikan setiap elemen
kerja ke stasiun kerja, sebagai berikut:
Elemen kerja, adalah pekerjaan yang harus dilakukan dalam
suatu kegiatan perakitan.
Stasiun kerja, adalah loasi-lokasi tempat elemen kerja
dikerjakan.
Waktu siklus/Cyle time (CT), adalah waktu yang diperlukan
untuk membuat satu unit produk pada satu stasiun kerja.
Waktu stasiun kerja (WSK), adalah waktu yang dibutuhkan
oleh sebuah stasiun kerja untuk mengerjakan semua elemen kerja yang
didistribusikan pada stasiun kerja tersebut.
Waktu operasi (ti), yaitu waktu standar untuk menyelesaikan
suatu operasi.
Delay time/Idle time, adalah selisih antara CT dengan WSK.
Delay time merupakan waktu menganggur yang terjadi setiap stasiun kerja.
Besarnya idle time dapat dihitung dengan cara mengurangi waktu yang tersedia
dengan waktu yang digunakan.
Balance delay, yaitu rasio antara waktu idle dalam lini
perakitan dengan waktu yang tersedia.
Usaha penyeimbangan yang baik adalah usaha yang dapat
menurunkan balance delay lini perakitan.
Precedence diagram, adalah diagram yang menggambarkan
urutan dan keterkaitan antar elemen kerja yang dilakukan untuk setiap stasiun
kerja yang harus memperhatikan precedence diagram (Hari purnomo,2004).
Untuk mengukur performance
sebelum dan sesudah dilakukan proses keseimbangan lintasan dilakukan
criteria-kriteria berikut ini (Hari purnomo,2004).
Efesiensi lini adalah rasio
antara waktu yang digunakan dengan waktu yang tersedia.
2. Indeks Penghalusan (smoothness Index/SI)
Indeks
penghalusan adalah suatu indeks yang mempunyai kelancaran relative dari
penyeimbanglini perakitan tertentu.
Metode Penyeimbang
Lintasan
Metode penyeimbangan lintasan tujuannya adalah untuk
meningkatkan efesiensi tiap stasiun kerja dan menyeimbangkan lintasan sehingga
seluruh stasiun kerja dalam lintasan bekerja dengan kecepatan yang sedapat
mungkin sama (Hendra kusuma,1999).
Penyeimbang lini perakitan terdapat beberapa metode-metode,
antara lain sebagai berikut (Hari purnomo,2004):
Metode Kilbridge-Wester
Heuristic
Metode Helgeson-Birnie
Metode Moodie Young
Metode Immediate
Updater First-Fit Heuristic
Metode Rank and
Assiign Heuristic
Metode kilbridge-wester heuristicdikembangkan
oleh sesuai dengan namanya, yaitu Kilbridge dan Wester. Langkah-langkah dalam
metode ini adalah sebagai berikut.
Mendistribusikan elemen kerja pada setiap stasiun kerja
dengan aturan
bahwa total waktu elemen kerja yang terdistribusikan pada
sebuah stasiun kerja tidak boleh melebihi waktu siklus yang ditetapkan.
Keluarkan elemen kerja yang telah didistribusikan pada
stasiun kerja dan mengulangi 3 langkah sampai semua elemen kerja yang ada
terdistribusikan ke stasiun kerja.
Metode Moodie-Young
Metode moodie-young terdapat 2 fase. Fase pertama adalah
membuat pengelompokkan stasiun kerja. Elemen kerja ditempatkan pada stasiun
kerja dengan aturan. Pada fase ini pula, precedence diagram dibuat matriks P
dan F, yang menggambarkan elemen kerja pendahulu (P) dan elemen kerja yang
mengikuti (F) untuk semua elemen kerja yang ada (Hendra purnomo,2004).
Menidentifikasi sebuah elemen kerja yang terdapat dalam
stasiun kerja dengan waktu yang paling maksimum, yang mempunyai waktu lebih
kecil dari GOAL.
Metode-metode yang telah
dikembangkan selama ini terbatas hanya pada metode heuristik yang menghasilkan
solusi mendekati optimal tetapi tidak menjamin tercapainya solusimendekati
optimal tetapi tidak terjamin tercapai optimal. Beberapa metode-metode sebagai
berikut (Hendra kusumo,1999).
Metode Bobot Posisi
Metode heuristic yang
paling awal ialah metode bobot posisi. Metode ini diusulkan oleh W.B. Helgeson
dan D.P. Birnie.
Metode Pembebanan Berurut
Kelemahan metode bobot posisi diatasi dengan menggunakan
metode pembebanan berurut.
Metode Wilayah
Metode ini dikembangkan oleh Bedworth3 untuk
mengatasi kekurangan metode bobot posisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar