1.1
Pentingnya Hubungan Kemanusiaan
Jika kebutuhan manusia bertemu dengan kebutuhan
organisasi, sering kali terjadi perselisihan (konflik). Untuk memeriksa hakikat
sumber daya manusia, integrasi atau pemanduan antara sumber daya ini (sebagai
perorangan atau kelompok) dengan organisasi, dan usaha untuk mengatasi
perselisihan yang tidak terelakan, hubungan ini sering disebut hubungan
kemanusiaan, tujuannya adalah menghasilkan integrasi yang cukup kokoh yang
mendorong kerjasama yang produktif dan kreatif untuk mencapai sasaran bersama.
Karenanya manajer akan memerlukan pengetahuan dan keterampilan dalam
disiplin-disiplin pokok seperti psikologi, sosiologi, antropologi, dan etologi
dalam mencoba memahami dan mengatasi masalah-masalah dalam hubungan
kemanusiaan.
Program sumber daya yang baik cenderung mengurangi
kecelakaan, kemangkiran, pergantian tenaga, dan kesalahan-kesalahan operasi,
sekaligus meningkatkan moral, mutu, dan
produktivitas. Paling tida program semacam itu harus menghindarkan prilaku yang
tidak diinginkan seperti sabotase, pemandekan kerja (slowdown), ketidak
patuhan, pemogokan, dan penggunaan obat-obat terlarang dan alkohol di tempat
kerja.
Empat kekuatan utama yang menimbulkan perhatian
manajer yang sangat besar terhadap kegiatan-kegiatan hubungan manusia, yaitu:
1.
Kemungkinan
untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas.
2.
Campur tangan
pemerintah.
3.
Campur tangan
serikat buruh
4.
Kode etik
perorangan
1.2
Hakikat Kebutuhan Manusia
Pengamatan perilaku seseorang, pemahamannya, dan
usaha untuk mempengaruhinya untuk suatu tujuan tertentu merupakan tiga hal yang
berbeda, tiga masalah yang berlainan. Untuk mengerti dan mempengaruhi perilaku
manusia kita perlu mengtahui kebutuhan-kebutuhannya. Kepribadian manusia
terdiri dari banyak unsur yang berhubungan sehingga menghasilkan suatu tingkat
keseimbangan tertentu yang nyata.
Kebutuhan manusia diklasifikasikan menjadi tiga
kategori: fisiologis, social dan egoistik. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis ,
serimg disebut kebutuhan primer, adalah kebutuhan-kebutuhan yang timbul dari
daya upaya untuk mempertahankan hidup seperti makanan, air, udara, istirahat,
seks, tempat berteduh. Keterjaminan adalah suatu kebutuhan penting yang
mempunyai prioritas tinggi bagi sebagian besar orang. Dua jenis kebutuhan yang berikutnya sering
disebut sekunder karena kebutuhan itu lebih smar-smar dan tak teraba. Dalam
kategori social terdapat kebutuhan-kebutuhan (1) hubungan fisik dan pergaulan
(asosiasi), (2) cinta dan kasih saying, dan (3) rasa diterima. Kebutuhan akan
sikap masyarakat yang menerima dan menyetujui keperibadian seseorang juga
tercermin dalam faktor-faktor gaya, mode, tradisi, adat istiadat, dan kode
etik, hal tersebut merupakan kebutuhan yang kuat yang menjadi salah satu sendi
dari setiap masyarakat yang terorganisasi.
Kebutuhan egoistik barasal dari kebutuhan untuk
memandang ego atau diri sendiri dalam suatu cara tertentu. Di antara
kebutuhan-kebutuhan egoistik yang dapat ditemukan adalah sebagai berikut:
1.
Penghargaan
2.
Kekuasaan
3.
Kebebasan
4.
Prestasi
Banyak
ahli psikologi berpendapat bahwa kebutuhan manusia yang paling tinggi adalah
kebutuhan untuk berprestasi atau perwujudan diri (self-actualization). Hal itu
meliputi tidak hanya kemampuan untuk berprestasi saja, tetapi juga kebutuhan
untuk mencapai sesuatu yang nyata dalam hidup. Pekerjaan atau tugas merupakan
sumber kepuasan utama untuk kebutuhan ini.
Sasaran
dari tindak keprilakuan adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini. Jika
seseorang memuaskan kebutuhan-kebutuhannya dengan cara yang dapat diterima
dengan baik oleh dirinya sendiri maupun oleh masyarakat, orang itu disebut dapat
menyesuaikan diri (adjusted). Jika, sebaliknya orang itu tidak mampu memenuhi
suatu kebutuhan tertentu, atau mampu memenuhinya dengan cara yang tidak dapat
diterima oleh masyarakat, dia disebut tidak dapat menyesuaikan diri. Dengan
demikian, prilaku adalah suatu proses penyesuaian diri dengan
kebutuhan-kebutuhan kemanusiaan tertentu. Tujuan dari proses penyesuaian diri
ini adalah kepuasan. Contoh-contoh yang khas dari perilaku yang menunjukan
ketidak mampuan menyesuaikan diri adalah seringnya pindah kerja, menyendiri,
melamun, cemburu, pamer, keluhan yang berlebihan, membual, dan berbohong.
Beberapa
kebutuhan tidak dapat dipenuhi dengan cara apa pun oleh seseorang,
ketegangan-ketegangan tidak berkurang, dan hasilnya disebut frustasi. Frustasi
seringkali dikenali dari jenis-jenis perilaku seperti agresi, regresi, fiksasi
dan pengunduran diri. Agresi biasanya terjadi jika orang itu sedang mencoba
untuk menyelesaikan sesuatu yang tidak bisa diselesaikanya. Regresi adalah
suatu jenis prilaku yang terlihat jika orang itu kembali kepada
tindakan-tindakan yang tidak dewasa (kekanak-kanakan) seperti mengeluh dan
merengek-rengek agar mendapat bantuan untuk mengurangi frustasi, tetapi
perilaku semacam itu bisa merugikan teman. Fikasi adalah suatu usaha untuk
memenuhi suatu kebutuhan dengan cara yang telah terbukti tidak bermanfaat.
Pengunduran diri merupakan salah satu tahap akhir frustasi yang dalam suatu
khusus yang ekstrim berbatasan dengan sakit mental yang serius.
1.3
Kebutuhan untuk Mengerti Mengapa
Satu generalisasi yang paling berguna adalah dengan
mengakui bahwa semua perilaku mempunyai dasar. Walaupun suatu tindakan tertentu
mungkin tampak tidak waras bagi manajer, dia harus mencari logika
dibelakangnya. Untui itu, manajer bertindak sebagai seorang ilmuwan yang naïf
dalam menarik kesimpulan tentang perilaku orang-orang lain.
Para menajer biasanya menghubungkan perilaku dengan
dua sumber pokok, yaitu keperibadian dasar dari bawahan dan ciri-ciri
(karakteristik) dari keadaan (situasi). Penelitian membenarkan tesis bahwa
sebagian besar manajer cenderung lebih mengakui pengaruh kepribadian dan
meremehkan pengaruh keadaan.
Tabel
1.1 Kepribadian Dasar dari Bawahan
No.
|
Ciri- Ciri Kepribadian
|
|
Stabil
|
Tidak Stabil
|
|
1.
|
Kemampuan
|
Usaha
|
2.
|
Watak (Tempramen)
|
Suasana Hati
|
Tabel
1.2 Cri-ciri (karakteristik) dari keadaan (situasi)
No.
|
Ciri- Ciri Keadaan (Situasi)
|
|
Stabil
|
Tidak Stabil
|
|
1.
|
Kesulitan Tugas
|
Nasib Baik
|
2.
|
Teknologi
|
Persaingan
|
Pada umumnya, dinyatakan bahwa manusia terlalu
sering dilihat sebagai sebab-sebab pokok, sedangkan situasi dianggap mempunyai
pengaruh yang terlalu kecil terhadap prilaku. Dari pada terus-menerus mencari
penjahat dalam suatu masalah, harus diperhatikan kemungjinan bahwa penjahat itu
pada kenyataanya adalah korban dari situasi.
1.4
Model-Model Manusia yang Dikemukakan oleh Para Ahli
Psikologi Organisasi
Dalam survey atas perusahaan-perusahaan bisnis,
seorang peneliti menemukan bahwa enam ahli psikologi sangat dikenal oleh banyak
niagawan (businessmen): Abraham Maslow, Douglas McGregor, Chris Argyris,
Frederick Herzberg, Rensis Likert, dan Robert Blake. Empat yang pertama telah
mengusulkan konsep-konsep dasar tentang hakikat manusia, yang masing-masing
diuraikan secara singkat dalam tabel 1.3. akan dicatat dalam pembahasan lebih
lanjut bahwa walaupun secara rinci berbeda, namun banyak persamaan di antara
manusia yang mewujudkan diri (self actualized) dari Maslow, pribadi teori Y
dari McGregor, mahluk yang menantang dari Agryris, dan pribadi yang termotivasi
dari Herzberg. Dua ahli psikologi yang terakhir, Likert dan Blake, telah
mengembangkan gaya-gaya kepemimpinan khusus (spesifik), yakni Sistem IV dan
manajemen 9.9, yang dapat digunakan jika orang ingin untuk menjalankan
manajemen berdasarkan model-model manusia yang diusulkan oleh keempat ahli yang
pertama itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar